#1

i just broke up with my-almost-2years-boyfriend. my lovely (ex) boyfriend. my really kindhearted (ex) boyfriend. tbh, i still love him so much, until the day.

gue yg mutusin doi krn satu-dua hal yang agak sulit gue jelasin di sini. yg pasti bukan karena orang ketiga. sama sekali bukan.
bodohnya, gue yg mutusin; gue yg ga ikhlas, haha. 

kayanya patah hati kali ini benar-benar hal baru buat gue. sebelumnya gue udah sering menjalin hubungan. dan tentunya sering juga kandas gitu aja. seringnya gue yg ninggalin gitu aja. gue yg nyakitin. tanpa ada penyesalan. tanpa ada perasaan yg tersisa. mungkin karena itulah, sesekali cewe brengsek kaya gue juga sangat amat perlu diberi pelajaran.

mama sampe capek dan bilang, "kamu mah kebiasaan, anak orang diputusin mulu." dan dari dulu, setiap kali putus gue tuh ga pernah benar-benar sendirian. putus dari yang satu, seminggu kemudian udah dapet gantinya. kaya kutu loncat tau ga? maka dari itu, sedari dulu gue ga pernah benar-benar sendiri.

gue introvert —yang katanya lebih butuh dibiarkan sendiri.
dan ya. selama beberapa tahun terakhir gue lebih banyak menghabiskan waktu dan melakukan apa-apa sendiri. nyari duit sendiri. ngemall sendiri. belanja bulanan dan skincare sendiri. makan di luar sendiri. nongkrong di kafe sendiri. sampe nonton di bioskop sendiri. pokoknya, i felt like i was the most independent person ever. gue ga butuh siapa-siapa untuk ngelakuin apa yg gue mau. 

tapi coba kita lihat lagi. 

pas nyari duit alias ngajar, apa gue bener-bener sendiri?
engga. ada murid-murid gue yg bikin gue ga ngerasa sepi. 
saat makan di luar, nonton di bioskop, KRLan sendiri. apa gue bener-bener sendiri? engga. gue gabisa lepas dari hp. gue gabisa lepas dari sosmed. gue tetep ngejaga contact gue sama cowo gue, mutual2 gue di twitter atau dimanapun itu. karena apa? karena gue gamau sendirian.

miris. 
selama ini gue ngerasa gue orang yang paling bisa melakukan semuanya sendiri. padahal, gue adalah orang yang sangat ketergantungan. takut ditinggalkan. 
bahkan gue ga betah sama diri gue sendiri. 

mungkin,
perpisahan gue dan dia adalah titik balik. gue dikasih waktu buat sendiri. belajar berdamai dengan diri sendiri. lebih mengenal siapa sih gue sebenarnya? apa yg gue mau? apa yg gue cari? kenapa sih gue begini; kenapa begitu?

selama dengan dia, ternyata gue cuma mengabdi. mengekor.
dan saat gue kehilangan dia, gue kehilangan arah; kehilangan ide harus ngapain. bahkan gue ga kenal siapa diri gue tanpa orang-orang di sekitar gue.

—————

buat seseorang yang slalu gue sebutkan sebagai "dia" di sini. 
kalau kamu baca ini, sejatinya aku masih menyayangimu, tak berubah meski kini sedang ku upayakan untuk tak lagi menyapamu.
aku hanya butuh waktu untuk lebih mencintai dan menghargai diriku sendiri, sebelum aku siap mencintai orang lain. 
aku masih berharap, jika suatu hari diri ini sudah siap, ada kamu menyambutku di depan. tapi perasaan dan keputusan orang lain bukan kita yang berhak putuskan, bukan? kamu berhak memberikan waktumu untuk seseorang yg lebih layak mendapatkanmu dibandingkan aku. jika kamu memutuskan untuk benar-benar pergi, tak masalah. semoga ke depannya aku bisa lebih menerima.
semoga kamu bahagia selalu, ya. 
agar tak sia-sia ku tanggalkan hubungan kita.

untuk diriku, 
maaf, selama ini aku tak pernah menyisihkan waktu untukmu.
mari berdamai.
karena dari semua yang pernah menetap, hanya kamu satu-satunya yang tersisa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#BukaBuku: "Three Days Of Happiness" by Miaki Sugaru

Gimana ceritanya keterima di Zeni? [Part 1]

Beda ya gapapa.